MENCIPTA KARYA DITENGAH KESIBUKAN

PANDAAN, SMARIFDA.sch.id . Kesibukan dalih klasik untuk berkarya, merasa tidak bisa dan pesimis untuk bangkit. Dengan dalih yang sudah terpatri, alam bawah sadar akan mengerakkan organ tubuh untuk mengatakan “iya dan tidak”. Pendidikan tinggi, materi berlebih, jabatan, semua itu tidak akan mampu berbuat apapun disaat kita terselimuti oleh dalih kesibukan. Setiap orang pasti beraktifitas untuk pemenuhan kebutuhan sendiri, keluarga, social. Akan tetapi, penentuan skala perioritas pasti ada dalam setiap aktifitas hingga kita tidak dikatakan “orang tersibuk di dunia”.  Presiden, pejabat, pengusaha mereka juga memiliki waktu yang sama dengan kita yaitu 24 jam dalam sehari. Apakah kita lebih sibuk dari mereka? Saya rasa tidak. Managemen waktu yang perlu kita evaluasi hingga kita dapat melakukan yang terbaik dari hal-hal yang baik.

Nyatanya. Dengan penentuan skala perioritas dan managemen waktu yang jitu, disela-sela kesibukannya menjadi pengajar dan ibu rumah tangga, ibu Arini Hidayati, S.Pd. mampu menghasil karya berupa buku kumpulan puisi dengan judul “Dua Mata Cita dan Cinta”. Buku ini tercetak pada November 2021 disaat beliau menjabat sebagai wakil kepala bidang kurikulum di SMA Maarif NU Pandaan. Dengan bermodal antusias dan pembiasaan dalam menulis akan memudah jemari untuk merangkai sebuah kata. Ketekunan adalah 95 persen dari kemampuan (Baca: Berfikir dan Berjiwa Besar). Demikian halnya, seribu langkah akan terlampaui dengan satu langkah awal. Inilah prinsip memulai sebuah karya sebagai pengabadian sebuah nama.

Goresan tinta yang di ukir Ibu arini hidayati, S.Pd. berkolaborasi dengan shobirin siswa SMA Maarif NU Pandaan tentang arti sebuah rasa dalam realita yang dialaminya. Dengan bahasa senderhana yang lahir dari kalbu menjadikan pembaca bisa berselancar dikehidupan nyata. Kepekaan keduanya akan apa yang dialami mampu diterjemahkan dalam bentuk puisi sebagai nostalgia dimasa berikutnya. Disamping itu penulis mengajak kita sekaligus sebagai motivasi untuk bisa mengabadikan kehidupan kita dengan sebuah karya agar dapat dinikmati generasi selanjutnya.

Pilihan judul pertama adalah “Anugrah Terindah”. Mengisyaratkan bahwa begitu besar nikmat Tuhan yang tercurahkan pada Ibu Arini Hidayati, S.Pd.  hingga mampu menyampaikan sedikit dari kumpulan anugrah itu lewat sebuah puisi. Salah satunya adalah titipan amanah Tuhan sebagai investasi dunia dan akhirat. Anak ku…anak ku…anak ku. Itulah makna yang bisa saya tanggap dari makna tersirat dari puisi pertama. Kita pun bisa melampiaskan kebahagian, kesusaan, kemudahan, kesulitan atau apapun yang kita rasa, karena sejatinya manusia memiliki intuisi yang sama dalam merasa alam semesta.

Garapan terselesaikan dalam cetakan buku berkat kerjasama antara Gerakan Literasi Sekolah (GLS) SMA Maarif NU Pandaan dengan Nyalanesia (Program Pengembangan Literasi dan Pendidikan Nasional) yang berpusat di kota Surakarta- Jawa Tengah. Gerakan Literasi Sekolah (GLS) SMA Maarif NU Pandaan pun sudah mengantarkan puluhan siswa terbaik literasi untuk mengabadikan karya dalam bentuk antologi cerpen dan puisi. Disamping itu, para pendidik juga berkontribusi menyumbangkan karya inspiratif   untuk pengembangan literasi nasional.

Clossing, Wijaya Kusuma sebagai guru blogger nasional mengatakan, “menulislah setiap hari dan buktikan apa yang terjadi”. Karena memang hidup ini adalah sebuah pembiasaan, semakin kita membiasakan sesuatu maka kita akan ahli dalam bidangnya. Kata hikmah mengatakan, “kita dikatakan mahir kalau sudah melakukan hal yang sama sebanyak 10.000 kali”. Kita mengawali menulis hal-hal sederhana disekitar kita, pengalaman pribadi, saat belajar, saat bercanda semua terwujudkan dalam bentuk tulisan dengan amunisi dan vitamin dalam penulisan kita dengan literasi karena tanpa literasi tulisan kita akan terasa hampar.

sumber : http://arinihidayati.banpelip.id/

Salam Literasi_Semoga Menginspirasi (DA)